Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2017

Memilih mati bunuh diri atau malu melarikan diri

Sebagian dari kita, atau mungkin banyak juga, yang pernah pada posisi sulit. Harus memilih diantara dua kemungkinan yang sama-sama ga enaknya. Seperti buah simalakama, demikian kata pujangga. Maju kena mundur kena kata Dono, Kasino, Indro. Situasi yang tidak memberikan pilihan lain yang lebih baik. Cuma ada dua, maju atau mundur, ke kanan atau ke kiri, pergi atau tinggal, ambil atau lempar, kabel biru atau merah. Semakin lama berfikir untuk menentukan pilihan, waktu berjalan tak bisa dihentikan hingga bisa-bisa bom nya meledak, menghancurkan tak hanya kita, tapi orang-orang disekitar kita. Dalam posisi ini, salah memilih pun juga salah. Tapi setidaknya sudah berusaha memilih, bukan diam saja termangu menunggu kehancuran tanpa berusaha menghindar atau meredamkan. Ini lebih salah. Kira-kira begitulah yang saya bayangkan ketika mendengar kabar, ada mahasiswi S3 di Lab tetangga yang memutuskan mengundurkan diri di tahun ke-2. Padahal, menurut teman Lab nya dan orang-orang luar Lab ya

Ramadhan dan Syawal punya Nasywa

Alhamdulillah...sebulan penuh Ramadhan sudah terlampaui dengan sebaik-baik usaha. Alhamdulilllah dikaruniai kesehatan oleh Allah sehingga bisa melalui hari siang yang panjang dan panas dengan baik meskipun terkadang lemah letih lesu melanda. Masih ingat sehari sebelum puasa, saya diberi nasehat Mae, agar berbekal sabar yang banyaaaak untuk menemani dan membantu Nasywa puasa. Tentu nasehat ini sangat beralasan, mengingat beliau sudah sukses melatih 3 orang anak puasa sejak dini termasuk saya. Ini agak berbeda dengan tahun lalu yang pesan Mae adalah saya tidak boleh memaksa Nasywa puasa penuh, karena memang sangat berat. Tahun ini baik Abahnya Nasywa, maupun Utinya semua sepakat mencoba membuat Nasywa semangat puasa. Jangan ditanya Nasywa diiming-imingi apa? Karena bagi Nasywa, tak ada satupun benda di dunia ini yang bisa menukar keteguhan hati * tsaah... Sudah dipraktekkan tahun lalu segala jenis iming-iming tidak mempan kalau dia memang tidak ingin. Maka tahun ini pun ya tidak

Rabu Jalan -- IWAKUNI, Kota sejarah dari Periode Edo hingga Restorasi Meiji

Pekan lalu Rabu Jalan lagi ga bisa jalan-jalan. Ga ada sebab lain selain bahwa pekan lalu saya harus bermesraan dengan tetek bengek per-tesis-an yang tidak mau diduakan dengan apapun. Alhamdulillah, submission -nya sudah berjalan lancar. Meskipun, seperti halnya jodoh yang kalau belum " Sah " masih bisa berubah, ini juga kalau belum bruk bruk masih ada yang labil. Mau ditambah ini, mau ditambah itu, dikurangi ini, diganti itu... Dan dia adalah pak Guru. Oke... Rabu jalan kali ini hendak mengulang cerita perjalanan kami ke Iwakuni beberapa bulan yang lalu. Selain Tsuwano, Iwakuni adalah kota yang paling pingin saya kunjungi. Tentu saja jembatan Kintai (Kintai-kyo) yang jadi alasannya. Ya..dalam satu episode, Kenshin dan Kaori rasanya pernah berjalan berdua di jembatan ini. Atau bahkan Kenshin pernah juga bertarung di atas jembatan ini. Yang pasti, jembatan ini adalah satu-satunya alasan kenapa saya begitu ingin pergi ke sana. Kintai-kyo yang membelah sungai Nishiki