Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2016

[Sahabat] Luki, aku mimpi ketemu kamu (lagi)

Mungkin tak akan banyak tulisan yang bertema [sahabat], secara memang saya ga punya banyak sahabat. Temen sih banyaaak, tapi sahabat, apalagi sahabat perempuan, ah bisa lah dihitung pake jari, masih sisa banyak. Dan, salah satu sahabat baik saya, at least menurut saya yah, adalah dia, Luki. Nama lengkapnya Dian Lukitasari. Kami kenal karena memang sama-sama satu kelas waktu S1. Awalnya sih ga begitu deket. Dia itu...seperti anggrek yang nempel di pohon tinggi, ga tersentuh, indah, sekaligus sensitife. Wew...horti banget deskripsinya. Tapi ya begitulah dia. Awal kenalan terlihat robust, tegar seperti karang. Lalu  tiba-tiba berubah menjadi tak mudah dikenali, abstrak. Saya masih ingat, kata-kata yang (mungkin) menjadi alas an kami akhirnya bisa deket. Dia menuliskan kalimat ini di buku perkenalan anggota Horti '37. Kira-kira redaksinya begini : "Murung aja sih say? kayaknya masalah kita sama" Hmm...ga tahu ya emang sama beneran apa cuma dirasa sama. Belum pernah coba

Belajar menerima keadaan, berdamai dengan kepedihan

Ada yang bertanya, "Kamu kok sekarang kelihatan enjoy banget sih. Ga pernah kelihatan galau lagi" Hahaha dusta itu dustaaaa... Siapa bilang ga galau. Yah kalau galau apa tidak diukur dari status fb mah, Fb itu cuma sarana buat pencitraan. Masa sih mau update duka lara, yg ada malah orang-orang yg ga suka sama gw ngelonjak-lonjak kegirangan to?! Mending share yg happy-happy biar mereka makin iri dan dengki hahaha *mukaiblis Well...sejauh ini akhirnya aku bias memutuskan untuk menerima dan menikmati merah birunya, hitam putihnya, hujan panasnya, senyum dukanya episode kali ini. Ya habis mau dijalani dengan tersenyum atau menangis, ga akan berubah je..sama aja. Jadi ya sudah, mending dijalani dengan bahagia, suka cita, gembira senantiasa, selamanya. Hidup ini cuma sekali to? kayak lagunya Bon Jovi "its my life, its now or never, I ain't gonna live forever.." dan bukankah tujuan nkita untuk bahagia dunia akhirat? Lha kenapa perjalanan indah ini harus dibikin g

Selamat Ulang Tahun, Aeni....

Pagi ini, pertama buka Google langsung disuguhi Google doodle plus ucapan "Happy Birthday Aeni".. Uh, co cweeet hehehe. Jadi ingat, kalau hari ini, 27 Januari, sekian puluh tahun yang lalu (OMG tuwa bangeeet) aku dilahirkan. Menurut cerita Mae, karena aku anak terakhir, maka Mae punya keinginan melahirkan di BKIA yang waktu itu baru buka. Mae ingin merasakan enaknya habis lahiran ada yg ngladeni makan, anaknya ada yang mandiin, popoknya ada yang nyuciin, dan paling tidak 3 hari bisa istirahat. Sebuah keinginan yang sederhana, mengingat Mae sudah melahirkan 5 orang anak sebelumnya, dan selalu hanya ditemani dukun beranak di kampung. Habis lahiran udah harus ngurusi bayi merah, nyiapin makan anak-anak yg lain. What a hard life. Ga ngebayangin bagaimana di tengah kondisi begitu Mae tidak pernah mengalami baby Blues syndrome. Aku yang melahirkan ditemani suami, habis lahiran cuma makan tidur menyusui aja di hari ke-6 sesudah melahirkan sudah bias bilang "Aku bosan sama N

Salju itu....

Ada yang nanya ke saya, "gimana sih rasanya hujan salju?". Hmm, ya kl pas hujan salju dicubit ya rasanya sakit. Kalau pas hujan salju lagi kemulan ya anget hehehe. Ga ding...jawabannya nyebelin banget sih. Yah..kalau sekilas, hujan salju itu agak sama rasanya sama hujan abu. Yg tinggal di lereng gunung, Merapi misalnya, pasti tahu lah rasanya hujan abu. Ya begitulah, cuma beda dikit aja sebenernya. Beda warnanya, beda baunya, beda rasanya. Lhooo...ya beda banyak itu. Ya, tulisan ini dibuat sebagai pengingat saya dan juga jawaban dari pertanyaan dengan nada serupa. Gimana sih rasanya hujan salju? Dinginnya kayak apa sih? Enak ga sih? hahaha lo kira tempe mendoan enak... Sebelum Salju Turun Dalam setiap usaha, pasti diperlukan energi bukan? Nah...sebelum hujan salju turun, biasanya alam semesta sibuk mengumpulkan energinya biar yang turun itu serpihan bukan tetesan apalagi bongkahan. Energi yang dikumpulkan ini harus pas ga boleh berlebih kl ga mau yang turun itu es dan

Mimpi Buruk

I. Dihukum Mati Aku sedang melaksanakan tugasku menjaga SD Banyudono II yang saat itu dialihh fungsikan sebagai gudang sekaligus camp tempat orang-orang Amerika tinggal, ketika tiba-tiba dari kejauhan datanglah mobil Van yang cukup besar. Yang menjadi keren adalah, mobil itu tidak dating lewat jalan aspal dari arah Selo, tapi terbang. Aku yang sedang memegang Hp pun mengabadikan moment itu, adanya mobil terbang, sambil membatin dalam hati "Nanti biar abah bias lihat kalau orang Amerika itu hebat, sudah bias bikin mobil terbang" Entah darimana datangnya, tiba-tiba ada satu monil patrol, yang juga terbang, lewat. Mereka tentu saja melihatku yang sedang terkagum-kagum dengan mobil terbang itu. Aku tak pernah menyangka bahwa kejadian itu akan membuatku dipanggil oleh atasan beberapa detik setelahnya. Tepatnya aku bukan dipanggil. Tapi diringkus. Tanganku diborgol, dan mulutku disumpal. Bahkan kepalaku ditutup kain hitam. Mereka benar-benar tidak ingin aku tahu isi Camp mere

Aku ingin memahami mu, Dek....

Dek, Sambil ngolah data data siang ini, ummi tiba-tiba teringat kamu. Ah, mungkin karena tadi ketemu sama temen Ummi dan dia nanyain kamu, atau karena cerita-cerita lucu dengan mu yang aku bagi dengannya tadi yang membuat aku kangen kamu, Dek. Dek, Ummi ngantuk banget hari ini. Semalam meladenimu ngerjain PR, nyiapin pernik pernik buat dibawa sekolah, murojaah hafalan bacaan sholatmu yang ternyata masih banyak salahnya plus nemenin baca Qur'an harian yang sampai jam 10 malam itu membuat Ummi tidak bisa tidur nyenyak. Sudah terlanjur lewat ngantuknya Ummi. Ummi malah jadi asyik menikmati wajah imutmu yang sedang tertidur pulas. Hidung mancungmu. Alis mu yang nanggal sepisan, dan juga bibir tipismu yang selalu mengeluarkan kalimat-kalimat complex, susah dimengerti, campur aduk bahasa Indonesia dan Jepang bikin Ummi harus bolak balik buka google translate daripada ketahuan oon. Eh Dek, Ini tentang kegemaranmu nonton. Jadi, tiba-tiba tadi sambil setengah ngantuk, setengah ndenge